TUGAS
IASBD
“
KONSEPSI ILMU BUDAYA DALAM AGAMA, FILSAFAT DAN KEINDAHAN “
Disusun
Oleh:
Aditya
Prayoga Suyitno (1555201479)
Yusuf
Eko Nugroho (1555201483)
Kevin Septyansyah Putra (1555201515)
PRODI
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG
2015
Kata Pengantar
Alhamdulillah puja dan puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
kendatipun sangat sederhana.Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan limpahkan
keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebaik-baiknya insan lintang
pemimpin bagi umat manusia karena berkat beliaulah kita masih dapat
merasakan nikmatnya islam. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Konsepsi
ilmu budaya dalam agama, filsafat dan keindahan” Selanjutnya kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini. Namun
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena tidak ada
kesempurnaan sedikitpun di dunia ini. Dengan ini saya mengharap kritik dan
saran untuk lebih memotivasi kami kedepan, terutama
untuk dosen. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin....
Tangerang,
18 Desember 2015
Penulis
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR
...........................................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................
A. PENDAHULUAN
............................................................................................................................
1.1
Latar belakang ...........................................................................................................................
1.2
Pokok Masalah ...........................................................................................................................
B. PEMBAHASAN
..............................................................................................................................
2.1. Konsep
ilmu budaya dalam agama ...........................................................................................
2.2. Konsep
ilmu budaya dalam filsafat ………………..................................................................
2.3. Konsep
ilmu budaya dalam keindahan .....................................................................................
C. PENUTUP .........................................................................................................................................
3.1
Kesimpulan ................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu syarat yang teramat
penting dalam kehidupan manusia adlah keyakinan, yang oleh sebagian orang di
anggap sebagai agama. Tujuan agama aadalah mencapai kedamaian rohani dan
kesejahteraan jasmani. Tindakan orang yang percaya akan kebesaran Tuhan yang
menciptakan semesta alam ini, akan selalu atas rahmat-Nya. Setiap daerah,
setiap agama, dan setiap orang mempunyai cara-cara tersendiri untuk mendekatkan
diri dan memuja Tuhan. Hal ini lah yang sering di katakan sebagai konsepsi IBD
( ilmu budaya dasar ) dalam agama.
Filsafat dalam IBD adalah sebagai media. Kogkritnya, IBD
menggunakan pengertian – pengertian yang berasal dari filsafat untuk melatih
kepekaan mahasiswa dan memperluas wawasan pemikirannya dan menagamati suatu
fenomena atau menkaji suatu masalah kemanusiaan dan budaya.
1.2 Pokok Masalah
1. Konsep
ilmu budaya dalam agama
2. Konsep
ilmu budaya dalam filsafat
3. Konsep
ilmu budaya dalam keindahan
BAB
II
Pembahasan
2.1
Konsep
ilmu budaya dalam agama
Ilmu Budaya Dasar adalah
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep yg dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
manusia dan kebudayaan. Salah satu syarat yang teramat penting dalam kehidupan
manusia adalah keyakinan, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai agama.
Yang menjadi pokok utama bagi
manusia untuk mempercayai Tuhan dan perlunya hidup beragama adalah kebutuhan
manusia akan rasa aman. Mereka yakin tiada daya dan upaya yang akan
mempengaruhi kalau Tuhan tidak mengizinkan. Tuhan yang kita maksud adalah Tuhan
Yang Maha Esa, yang memiliki kekuatan dan kasih sayang serta Tuhan yang menjadi
sasaran beribadah.
Bagi orang yang percaya kepada Tuhan,
perasaannya merasa selalu dilindungi oleh Tuhan baik dalam keadaan apapun,
mereka tidak merasa takut. Kita perlu mempunyai kepercayaan terhadap Tuhan,
mengingat kebutuhan jiwa pada diri kita. Begitu juga dengan orang yang
kehilangan kepercayaan diri, harga diri dan kasih sayang, kalau mereka percaya
akan Tuhan maka mereka akan bisa menghadapinya dengan penuh ketenangan.
Setiap daerah, setiap agama,
dan setiap orang mempunyai cara-cara atau budaya tersendiri untuk mendekatkan
diri kepada Tuhannya. Seperti di Bali, sebagian penduduknya memeluk agama
Hindu, mereka mempunyai cara tersendiri dalam melakukan pemujaan terhadap
Tuhan, mereka memuja Tuhan dengan sesajen yang berisi macam-macam buah dan
kembang berwarna warni. Daerah lainnya seperti Jawa, Madura, Kalimantan dan
sebagainya mempunyai cara tersendiri sesuai agamanya. Meskipun cara atau pun
kebudayaannya berbeda tetapi tujuannya
sama yaitu Tuhannya.
Fungsi agama dalam
IBD
Agama memegang peranan penting
dalam mempengaruhi norma, perilaku, dan sikap hidup individu maupun masyarakat.
Nilai-nilai keagamaan sekarang mengalami universalisme sehingga memperluas
partisipasi dalam masyarakat kepada semua anggotanya. Agama diyakini
menjalankan beberapa fungsi dalam masyarakat, seperti fungsi edukatif, fungsi
penyelamatan, fungsi memupuk persaudaraan, fungsi pengawasan sosial, serta
fumgsi transformatif. Berikut ini akan dibahas masing-masing fungsi tersebut:
v Fungsi edukatif
Fungsi edukatif
merupakan salah satu tujuan utama agama. Dalam pengajarannya agama selalu
mendorong agar setiap individu selalu patuh dan taat serta mempraktekan ajaran
dan perintah sesuai dengan agamanya. Melalui kehidupan rohani agamanya,
seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa dan mengembangkan kepribadian yang
baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai keagamaan. Dalam proses
mengedukatif, unsur-unsur keagamaan telah mencakup kedalam bidang politik. Beberapa landasan dan dasar pemikiran politis berpegang
kepada agama, sehingga menyebabkan timbulnya perpaduan nilai keagamaan dan
politik. Atas peran edukatif ini, agama semakin semaki dipandang sebagai suatu
keharusan dalam tindakannnya untuk memberikan konstribusi kepada masyarakat
dalam bentuk pengajaran dan bimbingan.
v Fungsi penyelamatan
Agama yang merupakan
pegangan dan pedoman hidup manusia diyakini merupakan jaminan yang paling utama
dalam memperoleh keselamatan. Melalui ajaran agama diajarkan dan disebutkan
cara dan aturan yang harus dipatuhi, ditaati, dan dijalankan agar dapat
memperoleh keselamatan. Fungsi penyelamatan juga mencakup kehidupan manusia
setelah berakhir d dunia dan harus memasuki duni akhirat. Agama mengajarkan
kepada umatnya agar selalu berbuat baik sesuai dengan perintah dan nilai-nilai
agama sehingga perbuatan baik tersebut akan membawanya ke “tempat bahagia”.
v Fungsi memupuk persaudaraan
Agama bersifat
universal dan penganutnya terdapat dimana-mana dibelahan dunia manapun dan
penganutnya berasal dari latar belakang sosial yang berbeda, suku, ras, warna
kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan, dan kasta yang berbeda-beda. Hal ini
tercantum dalam al Qur’an, surat Hujuratayat 13 yang artinya: ”Hai manusia,
sesungguhnya kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulya disisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”. Agama dapat dikatakan berfungsi memupuk rasa persaudaraan diantara
sesama manusia dalam menjalani hubungan erat.
2.2 Konsep ilmu budaya dalam
filsafat
Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal secara logis,
sistematis dan universal untuk memahami sebuah masalah. Sedangkan kebudayaan
adalah kebiasaan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakan oleh akal
dan perasaannya.
Apabila
dibandingakan definisi kebudayaan dan definisi filsafat, keduanya bertemu dalam
hal berfikir. Kebudayaan adalah cara berfikir, sedangkan filsafat adalah cara
berfikir secara logis, sistematis dan universal. Dengan demikian jelaslah bahwa
filsafat itu mengendalikan cara berfikir kebudayaan, oleh karena itu perbedaan
kebudayaan dapat dikembalikan kepada perbedaan filsafat. Pendekatan
filosofis yaitu suatu
pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah
pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya
terbatas pada pengalaman.
Kebudayaan juga dipandang sebagai tata
nilai. Sebagai contoh seseorang berbuat sesuatu karena sesuatu itu bernilai dan
berguna bagi kehidupannya. Yang menentukan nilai itu ialah Tuhan Yang Maha Esa
dan juga manusia itu sendiri yang dibedakan mana yang baik dan juga mana yang
buruk. Orang yakin bahwa Tuhan itu ada tentu berbeda tingkah lakunya dengan
orang yang tidak mempercayai, dan dapat terlihat dalam kebiasaan hidupnya.
Dengan belajar
filsafat, diharapkan seseorang untuk:
Ø Berusaha untuk mengetahui apa yang
telah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Ø Berendah hati bahwa tidak semua hal
akan pernah diketahuinya dalam alam yang tak terbatas ini.
Ø Mengoreksi diri, berani melihat
sejauh mana kebenaran yang di cari telah dijangkaunya.
Ø Tidak apatis terhadap lingkungan dan
terhadap nilai yang hidup dalam masyarakat.
Ø Senantiasa memberikan makna bagi
setiap amal perbuatannya
2.3
Konsep ilmu budaya dalam keindahan
Kata keindahan berasal dari kata
indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang
mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia,
rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebaginya. Kawasan
keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai
pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu
keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia.
Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Yang disebut keindahan obyektif
ialah keindahan yang memang ada pada obyeknya yang dapat dilihat, diraba, dan
dirasakan dan benar-benar nyata keberadaannya, yang diharuskan menerima
sebagaimana mestinya. Sedangkan yang disebut keindahan subyektif, adalah keindahan
yang biasanya ditinjau dan segi subyek yang tidak dapat dilihat, tidak dapat
diraba, namun dapat dirasakan dengan cara menghayatinya dalam hati, contoh dari
keindahan ini adalah sikap yang ditimbulkan oleh seseorang. Dalam hal ini
keindahan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang, suka, dan
menambah penilaian yang tinggi terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasa pada
diri si penghayat tanpa diiringi keinginan-keinginan terhadap segala sesuatu
yang praktis untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi. Keindahan dalam arti yang luas;
Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Tapi bangsa
Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya
‘symmetria’ untuk keindahan berdasarkan penglihatan ( misalnya pada karya pahat
dan arsitektur ) dan hannonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi : keindahan semi,
keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual.
- Keindahan seni
adalah keindahan yang tercipta dari hasil karya seseorang tehadap seni.Seni sering sekali menjadi penghubung keindahan agar bisa dinikmati oleh pengamat objeknya.Seseorang paling dominan menikmati keindahan itu lewat seni. - Keindahan alam
adalah keindahan yang sudah ada di alam sekitar kita.Keindahan yang ada bisa dinikmati oleh penglihatan kita. - Keindahan moral
adalah keindahan yang tercipta dari tingkah laku dan perilaku kita sehari-hari. - Keindahan intelektual
adalah pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan.
Hubungan Manusia Dan Keindahan
Manusia adalah sesuatu yang
indah, karena mereka menyukai terhadap keindahan alam maupun terhadap keindahan
seni. Keindahan alam adalah “keharmonisan yang menakjubkan dan hukum-hukum
alam”, yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya.
Sedangkan keindahan seni adalah keindahan buatan atau hasil ciptaan manusia,
yaitu buatan seseorang (seniman) yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu
yang indah, sebuah karya seni. Rata-rata manusia terhadap yang indah tentu
mengambil sikap terpesona. Sikap terpesona dan penilaian keindahan dari
masing-masing orang ini merupakan karunia yang fitrah yang diberi oleh Tuhan
kepada manusia agar dapat menjadikan manusia berpikir tentang kelembutan dan
bersikap sesuai dengan bagaimana manusia itu semestinya.Bahwasanya tidak semua
orang memiliki kepekaan keindahan itu memang benar, tetapi pada umumnya manusia
mempunyai perasaan keindahan.
Hubungan
Keindahan Dengan Seni
Keindahan
yang diperbincangkan dalam tulisan ini adalah keindahan seth, sehingga tidak
terlepas dan pembicaraan tentang seni atau karya seni (keindahan seni, seni
sebagai intuisi dan cita-cita seni). Keindahan tentang seni telah lama menarik
perhatian para ahli atau filosof. Sejak jaman Plato sampai jaman modern
sekarang ini. Teori tentang keindahan seni (artistik) muncul, karena mereka
berpendapat bahwa seni adalah pengetahuan persepsi perasaan yang khusus.
lstilah “estetika”, yang dikemukakan untuk pertama kali oleh Baumgarten,
dipergunakan untuk membicarakan teori tentang keindahan seni (artistik).
Kemudian pengertian estetika berkembang, akhir-akhir ini diberi arti sebagai
“ilmu pengetahuan tentang seni”.
Hubungan
Keindahan Dengan Nilai
Batasan nilai bisa mengacu pada
berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama,
kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya (Pepper, dalam Sulaeman,
1998). Rumusan di atas apabila diperluas meliputi seluruh perkembangan dan
kemungkinan unsur-unsur nilai, perilaku yang sempit diperoleh dari bidang
keahlian tertentu, seperti dari satu disiplin kajian ilmu. Di bagian lain,
Pepper mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang
buruk. Sementara itu, Perry (dalam Sulaeman, 1998) mengatakan bahwa nilai
adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu syarat yang teramat
penting dalam kehidupan manusia adlah keyakinan, yang oleh sebagian orang di
anggap sebagai agama. Tujuan agama aadalah mencapai kedamaian rohani dan
kesejahteraan jasmani. Tindakan orang yang percaya akan kebesaran Tuhan yang
menciptakan semesta alam ini, akan selalu atas rahmat-Nya. Setiap daerah,
setiap agama, dan setiap orang mempunyai cara-cara tersendiri untuk mendekatkan
diri dan memuja Tuhan. Hal ini lah yang sering di katakan sebagai konsepsi IBD
( ilmu budaya dasar ) dalam agama.
Filsafat dalam IBD adalah
sebagai media. Kogkritnya, IBD menggunakan pengertian – pengertian yang berasal
dari filsafat untuk melatih kepekaan mahasiswa dan memperluas wawasan
pemikirannya dan menagamati suatu fenomena atau menkaji suatu masalah
kemanusiaan dan budaya.
Definisi
keindahan sangat luas. Oleh karena itu dalaml estetika modern, orang lebih suka
berbicara tentang seni dan estetika karena hal itu merupakan gejala kongkrit
yang dapat di telaah dengan pengalam secara empirik dan penguraian sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Widoyo Nugroho,
Ilmu Budaya Dasar; Gunadarma, Jakarta. 1996.
Mustopo, M.
Habib, Ilmu Budaya Dasar,
Surabaya; Usaha Nasional
Shihab, Quraish Wawasan
al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 1996
Naqya, Lutfya. Konsep
Ilmu Budaya Dasar Dalam Agama. 14 April 2015.
http://lutfyanaqya.blogspot.com/2013/07/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-agama-by.html
Jihadi, Hilman. Makalah
Ilmu Budaya Dasar. 14 April 2015.
http://hart94isd.blogspot.com/2012/03/makalah-ilmu-budaya-dasar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar